Masyarakat Mendesak, Fauzi Bahar “Tasintak” - BORNEO INVESTIGATION

Selasa, 09 Juli 2024

Masyarakat Mendesak, Fauzi Bahar “Tasintak”

PADANG | Oyong Liza (57 tahun), telah lama berkutat dengan judi togel, karena merasa judi togel memberi harapan padanya untuk bisa hidup kaya.“kepala“ Oyong Liza telah dipenuhi angan-angan dari hari ke hari, padahal dengan pekerjaan sebagai buruh harian, ia tak punya uang banyak untuk ikut bermain judi togel.

Namun karena kepalanya telah dipenuhi angan-angan, uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari pun akhirnya ia manfaatkan untuk membeli togel, dengan satu harapan bisa menang. Namun, justru pertengkaran dalam rumah tanggalah yang muncul.

Kendati begitu Nurmalinda sang istri tak pernah putus asa, ia pun terus memanjatkan doa agar Allah Al Malik (Yang Maha Merajai) menunjukan kuasanya dan memberi jalan keluar dari persoalan yang tengah dihadapinya. Doa-doa Nurmalinda ternyata dijabah oleh Allah Al Muhaimin (Yang Maha Mengatur) dan mengirimkan seorang pemimpin Kota Padang (walikota) yang peduli dengan agama dan akhlak masyarakatnya.

Walikota Padang dimaksud adalah Dr H. Fauzi Bahar, M.Si Datuk Nan Sati. Selama ia memimpin Kota Padang dua periode, 2004-2014, ia cukup populer dengan program-program keagamaannya, seperti mewajibkan siswi muslim memakai jilbab, mewajibkan pelajar muslim hafal Asmaul Husna, kegiatan pesantren Ramadhan, gerakan Subuh Mubarakah, perang dalam segala bentuk maksiat dengan memberantas judi toto gelap dan lainnya.

Fakta membuktikan perjuangan Fauzi Bahar dalam memberantas togel dan maksiat lainnya kala itu cukup berat, berbagai tangangan dan ujian keimanan pun menyinggahinya. Dari informasi yang diperoleh wartawan media ini, Fauzi Bahar pernah ditawari orang tertentu dan menyerahkan cek agar Fauzi mengisi sendiri cek tersebut sesuai yang dinginya, asalkan judi togel tidak diberantas.

Tapi, anjing mengonggong kafilah tetap berlalu, judi togel yang marak kala itu di Kota Padang pun hilang.

Lakek tangan Fauzi Bahar selaku pemimpin ini kembali begitu dirindukan Nurmalinda. Wanita paruh baya yang bekerja sebagai buruh cucian ini berharap agar Fauzi Bahar mau meluangkan waktunya untuk membenahi Sumatera Barat (Sumbar), dengan maju sebagai calon gubernur.

Kendati ia hanya seorang buruh cuci, namun Nurmalinda mengaki ia banyak mendengar dari orang-orang bahwa akhlak generasi Sumbar saat itu sangat memprihatinkan, seperti banyak yang menyukai sejenis atau lazim disebut kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Tak hanya itu, kata Nurmalinda, menurut orang-orang, narkotika juga marak di Sumbar.

“Awak baharok bana pak Fauzi Bahar manjadi Gubernur Sumbar (saya berharap benar pak Fauzi Bahar menjadi Gubernur Sumbar),” kata Nurmalinda pada wartawan ini, Selasa 9 Juli 2024.

Harapan yang sama juga disampaikan Desniwati (58 tahun) seorang pemilik warung kopi di kawasan GOR H. Agus Salim Padang dan seorang pedagang tisu keliling bernama Nurbaya yang akrab disapa Tek Baya (63 tahun).

Baik Desniwati maupun Tek Baya sama-sama mengungkapkan keinginannya agar Fauzi Bahar menjadi Gubernur Sumbar, agar ia lebih mengedepankan program-program keagaman bagi masyarakat Sumbar.

Apa yang diharapkan oleh Desniwati dan Tek Baya terhadap sosok yang akan memimpin Sumbar tersebut, menurut Ustad Khairuddin sangat tepat. Karena kata dia, kompetensi dalam memimpin sangatlah penting. Pasalnya seorang pemimpin akan mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya.

“Oleh sebab itu, nasib baik masyarakat pun tergantung pada kompetensi yang baik pada seorang pemimpin, khususnya dalam menggunakan kesewenangannya. Berkaitan dengan kompetensi, sebagian kita mungkin tidak asing dengan sebuah hadits yang menceritakan tanda kiamat di antaranya adalah ketika amanah sudah disalahgunakan. Kemudian, bentuk penyalahgunaan amanah dalam hadits tersebut yaitu apabila suatu perkara atau jabatan diserahkan kepada yang bukan ahlinya. Arti hadits tersebut adalah: Apabila amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat,” kata Ustad Khairuddin.

Dikatakan Ustad Khairuddin, secara gamblang, makna hadits di atas mempertegas ketika peran-peran penting di tengah masyarakat diberikan pada sosok yang tidak memiliki kompetensi dan keahlian dalam memimpin, mengelola dan mengurus maka kehancuran pun akan datang.

Menurut dia, apabila kita merujuk kepada penjelasan hadits tersebut, kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi dalam bidang keagamaan. Keteguhan dalam memegang paham agama dan ketekunan dalam menjalaninya menjadikan seseorang amanah dan tidak menyelewengkan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.

Sementara itu Fauzi Bahar yang dihubungi melalui telpon selulernya, mengaku merasa tasintak dari “diamnya” pasca tak lagi menjadi Walikota Padang.

“Alhamdulillah, saya merasa tasintak (terjaga) oleh harapan masyarakat tersebut. Mari kita sama-sama berdoa pada Al-Mujib atau Zat yang Maha Mengabulkan, karena hanya Allah lah yang merupakan zat yang mengabulkan permohonan setiap hambanya,” Tutup Fauzi Bahar.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda